“That Was Rude”: Mengapa Tren Paling Menyebalkan di TikTok Justru Paling Relatable?

“That Was Rude”: Mengapa Tren Paling Menyebalkan di TikTok Justru Paling Relatable?

TikTok, platform video pendek yang tak pernah kehabisan ide, kembali menghadirkan tren baru yang menggelitik: “That Was Rude.” Sekilas, tren ini tampak sepele dan bahkan menyebalkan. Namun, jika ditelisik lebih dalam, “That Was Rude” justru merefleksikan pengalaman universal tentang interaksi sosial yang canggung, komentar yang tidak sensitif, dan batasan pribadi yang dilanggar. Mengapa tren yang tampaknya kekanak-kanakan ini justru begitu populer dan relatable?

Daftar Isi

Apa Itu Tren “That Was Rude”?

Tren “That Was Rude” biasanya melibatkan pengguna TikTok yang menanggapi situasi atau komentar yang dianggap tidak sopan atau melanggar batasan. Responsnya seringkali berupa ekspresi wajah terkejut, tatapan sinis, atau bahkan gerakan tubuh dramatis, yang kemudian diiringi dengan audio viral yang berbunyi “That was rude!”. Audio ini, seringkali diambil dari film atau acara TV, menambah efek komedi dan dramatis pada video tersebut.

Bacaan Lainnya

Konteksnya bisa sangat beragam, mulai dari komentar tentang penampilan fisik, kebiasaan makan, pilihan gaya hidup, hingga pertanyaan pribadi yang terlalu jauh. Intinya, tren ini memungkinkan pengguna untuk mengekspresikan ketidaknyamanan mereka terhadap perilaku orang lain dengan cara yang ringan dan menghibur.

Psikologi di Balik Daya Tarik “That Was Rude”

Ada beberapa faktor psikologis yang menjelaskan mengapa tren “That Was Rude” begitu populer:

  • Validasi Perasaan: Tren ini memberikan wadah bagi pengguna untuk merasa divalidasi dalam pengalaman mereka. Ketika seseorang mengalami situasi yang membuatnya tidak nyaman, melihat orang lain merespons situasi serupa dengan cara yang sama dapat memberikan rasa lega dan dukungan.
  • Mekanisme Koping: “That Was Rude” dapat berfungsi sebagai mekanisme koping untuk menghadapi situasi sosial yang sulit. Dengan mengubah pengalaman negatif menjadi konten komedi, pengguna dapat mengurangi rasa stres dan frustrasi.
  • Koneksi Sosial: Berpartisipasi dalam tren ini menciptakan rasa kebersamaan dan koneksi sosial. Pengguna dapat saling berbagi pengalaman, memberikan dukungan, dan merasa menjadi bagian dari komunitas yang lebih besar.
  • Ekspresi Diri: “That Was Rude” memungkinkan pengguna untuk mengekspresikan batasan pribadi mereka dengan cara yang asertif namun tidak konfrontatif. Ini adalah cara untuk mengatakan “tidak” tanpa harus terlibat dalam argumen yang panjang dan melelahkan.

Contoh Konteks “That Was Rude” yang Relatable

Berikut beberapa contoh konteks di mana tren “That Was Rude” terasa sangat relatable:

  • Komentar tentang Berat Badan: Seseorang berkomentar tentang perubahan berat badan Anda, terlepas apakah Anda bertambah atau berkurang.
  • Pertanyaan tentang Kehidupan Pribadi: Kerabat atau teman bertanya tentang status pernikahan, rencana punya anak, atau masalah keuangan Anda.
  • Saran yang Tidak Diminta: Rekan kerja memberikan saran tentang pekerjaan Anda, padahal Anda tidak memintanya.
  • Penilaian tentang Penampilan: Orang asing mengomentari pakaian, gaya rambut, atau riasan Anda.
  • Perbandingan dengan Orang Lain: Orang tua atau teman membandingkan pencapaian Anda dengan orang lain.

Contoh-contoh ini hanyalah sebagian kecil dari berbagai situasi di mana seseorang mungkin merasa “That was rude!”. Intinya adalah ketika seseorang melanggar batasan pribadi Anda, membuat Anda merasa tidak nyaman, atau memberikan komentar yang tidak sensitif.

Sisi Gelap Tren: Potensi untuk Cyberbullying

Seperti semua tren online, “That Was Rude” juga memiliki potensi untuk disalahgunakan. Jika tidak digunakan dengan bijak, tren ini dapat mengarah pada cyberbullying. Beberapa pengguna mungkin menggunakan tren ini untuk mempermalukan atau menjelek-jelekkan orang lain secara terbuka, yang dapat memiliki dampak negatif yang signifikan pada kesehatan mental korban.

Penting untuk diingat bahwa tujuan dari tren ini bukanlah untuk menyakiti atau mempermalukan orang lain, melainkan untuk mengekspresikan ketidaknyamanan terhadap perilaku yang tidak sopan. Jika Anda merasa bahwa video Anda dapat menyinggung atau menyakiti seseorang, sebaiknya pikirkan dua kali sebelum mempostingnya.

Cara Bijak Berpartisipasi dalam Tren “That Was Rude”

Berikut beberapa tips untuk berpartisipasi dalam tren “That Was Rude” dengan bijak:

  • Fokus pada Perilaku, Bukan Individu: Hindari membuat video yang secara langsung menyerang atau mempermalukan seseorang. Fokuslah pada perilaku atau komentar yang Anda anggap tidak sopan.
  • Gunakan Humor dengan Bijak: Humor dapat menjadi cara yang efektif untuk menyampaikan pesan Anda, tetapi pastikan humor Anda tidak menyakiti atau merendahkan orang lain.
  • Pertimbangkan Dampaknya: Sebelum memposting video, pikirkan tentang bagaimana video tersebut dapat memengaruhi orang lain. Apakah video tersebut dapat menyinggung atau menyakiti seseorang?
  • Gunakan Tren Ini untuk Mengedukasi: “That Was Rude” dapat menjadi platform untuk mengedukasi orang lain tentang batasan pribadi dan pentingnya menghormati orang lain.

Kesimpulan

Tren “That Was Rude” mungkin tampak sepele pada pandangan pertama, tetapi sebenarnya merefleksikan pengalaman universal tentang interaksi sosial yang canggung dan batasan pribadi yang dilanggar. Daya tarik tren ini terletak pada kemampuannya untuk memvalidasi perasaan, menyediakan mekanisme koping, menciptakan koneksi sosial, dan memfasilitasi ekspresi diri. Namun, penting untuk berpartisipasi dalam tren ini dengan bijak, menghindari cyberbullying, dan menggunakan tren ini untuk mengedukasi orang lain tentang pentingnya menghormati batasan pribadi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *